Selasa, 02 April 2013

The Sense

Simple Plan – Jump (lyrics)

I dont wanna wake up today
Cause everyday’s the same
And I’d been waiting so long
For things to change
I’m sick of this town
Sick of my job
Sick of my friends ’cause everyone’s jaded
Sick of this place, I wanna break free
I’m so frustrated, I just wanna ... (just check it!)


"And I just wanna jump", yeah! Hahaha... I was on the lyrics, tidak sedikitpun tentang videonya. Pembukaan yang berlebihan, bukan? Ikuti saja.

Cenderung pada sebuah tindakan. Remaja dalam sebuah lingkaran adalah hal yang penuh aturan. Paham? Kelompok saya memiliki keseharian yang berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Meski rasa syukur kepada Tuhan adalah wajib, kenyataannya Tuhan menciptakan manusia dengan sifat-sifat manusiawinya. Satu yang saya maksud adalah bosan. Klasik, seseorang seringkali merefleksikan itu dengan cara melakukan sebuah deviasi. Banyak macamnya. Ada yang melakukan sebuah perlawanan atau pembatahan, ada yang pergi menghindar, bahkan ada yang memilih tidak melakukan apapun. So, that’s about jump! Jump from a circle of rules.

Hmm... Saya memiliki analogi, mungkin ini ringan. Teringat ketika saya masih seorang pelajar, tentu saya pernah belajar tentang fisika ataupun kimia. Dalam suatu larutan dikenal istilah titik jenuh, yaitu kondisi dimana suatu benda terlarut sudah tidak bisa larut lagi pada lingkungan yang sama. Contoh: gula akan larut pada air, tetapi bila kita memasukkan gula terus menerus ke dalam gelas berisi air tersebut, akan terjadi suatu kondisi dimana gula tidak akan bisa larut lagi, alias titik jenuh gula pada air.

Dianalogikan dengan reaksi kimia gula dan air di atas, begitu juga terjadi dalam lingkungan saya. Mungkin jika seseorang adalah administrator maka ia jenuh dengan berkas dihadapannya, atau seorang SPG jenuh terhadap posisinya di lapangan, atau seorang sopir bus antar kota jenuh terhadap rute yang dilaluinya, dan saya seorang siswa didik dalam asrama di suatu lembaga yang (katakanlah) bosan dengan semua aktivitas yang sama, dimana semua itu bisa terjadi dalam hitungan bulan ataupun tahun tergantung tingkat kejenuhannya. Kegiatan yang nyaris sama dilakukan berulang-ulang, setiap hari, dan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tentu saja berpotensi terjadi kebosanan akut (seram sekali...) yang dapat memicu peningkatan stress bergerak dan berpikir.

Untuk melarutkan gula yang sudah pada titik jenuh, dapat dilakukan juga dengan cara menambah air. Air bagaikan sesuatu yang harus dilebihkan sesuai waktu tertentu, sedangkan gelasnya adalah keadaan dalam menerima perubahan. Dibutuhkan hal yang baru dalam suatu organisasi atau lembaga, terlepas apakah berkaitan langsung dengan kegiatan ataupun tidak, setidaknya ada sebuah intermezzo yang akan membuat pikiran menjadi lebih segar. Tidak heran kalau orang-orang dalam kelompok saya sering menyebut ‘butuh penyegaran’. Hehehe...

Begitulah sekiranya sedikit rasa dari keseharian saya. Disamping seperti monoton, saya tidak menyukai hal-hal yang diulang. Apalagi jika pergerakan penuh dengan omong kosong, maka penuh juga dengan bualan. Butuh satu suasana untuk menyampaikan perbedaan di tengah-tengah pemikiran yang klasik. Tapi saya tidak yakin setiap orang akan mengerti. Ya, mungkin setiap orang harus mencoba untuk melepaskan kacamata kudanya. Beruntungnya saya bukan orang yang memaksa, meski ada bisik untuk menghina. Dan maafkanlah untuk ini. Cukup adil. Setidaknya minimal yang saya lakukan adalah makan teratur, tidur teratur, dan berpikir teratur. Zona yang aman. 

Jangan anggap hiperbola, ini hanya sedikit rasa. Bahkan saya menemukan banyak hal yang tidak pernah terpikirkan. Asyik. Perlu tahu? Hmmm... kembali pada kimia. Kecepatan reaksi gula untuk larut di air juga tergantung dengan suhu, dimana jika suhu dinaikkan maka gula akan semakin mudah untuk larut. Dalam keseharian, suhu tersebut ibarat “sesuatu” atau “seseorang” di lingkungan saya. Membuat diri saya lebih cepat nyaman dan menyesuaikan dengan lingkungan yang kaku. Akhirnya saya akan larut. Sungguh. Dan lebih jauh saya akan menceritakan tentang ini. Hihihi...

Baiklah. Biar bagaimana pun, gula tetap lah gula. Sedangkan kita, saya, adalah manusia yang diciptakan Tuhan dengan akal dan pikiran yang cerdas paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-Nya yang lain. Hanya ujian sebuah moment. Terlepas dari segala sesuatu yang tidak menyenangkan, atau sesuatu yang sangat menyenangkan, bahkan sekalipun memiliki seseorang yang indah... Hal itu adalah rasa syukur.

How about “jump”, huh? Hahaha...

3 komentar:

  1. haha
    yah selamat menikmati apa yang lili sebut sebagai "penyegaran", apapun itu. yang penting positif aja deh! :)

    BalasHapus
  2. siap kang. maaf jika terdapat nilai negatif dalam tulisan ini kang. tapi tidak sebenarnya. hehe. terima kasih atas komentarnya kang

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak apa-apa neng, ini kan murni curahan hati neng, gak ada yang salah kok. :)

      Hapus